(ditulis tanggal: 12-12-2009)
Sejak Kau Pergi
Sejak kau pergi, pergi pula hasrat tuk menulis tentang
keindahan
Sejak kau pergi, pergi pula kebiasaanku bertutur puitis
Sejak kau pergi, pergi pula ketegaran diriku
Meski tak pernah kuakui.... tapi sebenarnya... kaulah yang
membuat segalanya indah
kaulah inspirasi kata-kata puitis yang kuucap, kaulah
penopang hatiku untuk tegar.
Sekian lama ku terkurung dalam kenangan masa lalu.
Meski tipis dan tak kentara, jeratnya tlah mengikat
langkahku.
keceriaan, kesenangan, tertawa, yang slama ini terlihat
padaku, apakah itu hanya semu dan kamuflase?
Ah....... pergilah kenanganku...
Lepas jeratmu dari hatiku.
Biar kumelangkah meniti jalanku.
Wahai hatiku...
lepas belenggu kenangan masa lalumu...
Biarkan dirimu bebas merentang masa depan....
Duhai kekasih hatiku....
biarkan kupergi mencari jalanku sendiri
Jika
Jika ku bilang aku ingin sendiri .... bukan berarti ku ingin
kau pergi
Jika ku bilang aku ingin pergi, bukan berarti ku ingin
tinggalkanmu
tapi hati ini sedang dilanda kebingungan.
Jika kubilang aku ingin sendiri, maka temanilah diriku
Jika kubilang ingin pergi, maka tahanlah diriku
cegah aku untuk berlari sendiri tanpa arah tujuan yang pasti
(Ditulis 8-7-2009)
Kenangan
Saat teringat dirimu kurasa dunia terhenti
Segala yang ada
seakan berhenti bergerak
Terpana ku akan
kenangan indah kita berdua,
saat jalani
romantika bersama, indah, penuh kenangan
Duhai kekasih
hatiku, di manakah engkau kini
Hatiku
mengembara setiap waktu, mencarimu di setiap sudut relung hatiku
Masih adakah kau
bersembunyi di ujung hatiku yang paling dalam
Masih
bersemayamkah engkau di ruang batinku
yang tak akan
pernah tersentuh oleh tangan yang lain
Duhai kekasih
hatiku, adakah kau rasakan galaunya hati ini merindukanmu
Tak pernahkah
kau ingat diriku dalam perjalanan hidupmu yang tlah jauh dariku
Tidakkah kau
juga menyimpan kenangan terindah tentang kita di dalam hati dan jiwamu
Anak
sholeh yang cerdas
Dalam sebuah kelas seorang guru bertanya kepada murid-muridnya, “ Siapa
yang cinta pada orang tua?”
Murid-muridnya serentak menjawab, “Sayaaaaaaa...!”
“Kalau orang tua kalian mati, apa kalian mau ikut?” tanya guru lagi.
Murid-murid berpandangan satu sama lain.
“Coba kamu Siti?” tanya guru. Siti dengan pelan menggeleng. Guru menunjuk
siswa yang lain. Semua menggeleng. Akhirnya guru bertanya kepada Khanif.
“Bagaimana dengan kamu nif?”
Khanif dengan tenang menjawab, “Kalau mereka masuk surga, tentu aku mau
ikut pak guru.”
“Bagaimana kalau mereka masuk neraka?” kejar guru.
Sejenak Khanif terdiam. Kemudian sambil tersenyum dia menjawab, “Yah, apa
boleh buat pak, kalau gitu, biar saya cari bekal dulu dan nanti saya yang mengajak mereka masuk surga”
Bagaimana dengan anda?